Sulitnya Indonesia Memperoleh Kontrak Impor Beras: Bulog Bicara Tantangan Global
batikbagoes.com Febby Novita, Direktur Bisnis Perum Bulog, mengungkapkan kesulitan yang dihadapi Indonesia dalam mendapatkan kontrak impor beras. Menurutnya, Indonesia mengalami kesulitan bersaing dalam penawaran harga dengan negara seperti Filipina dan Eropa.
Persaingan Harga yang Sulit
Febby menjelaskan bahwa saat ini mayoritas negara Eropa mulai beralih ke komoditas beras karena produksi gandum di negaranya terbatas. Hal ini menyebabkan harga beras di Eropa lebih tinggi daripada di Indonesia. Sama halnya dengan Filipina, yang mampu membeli beras dengan harga lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
“Dalam beberapa kondisi impor saat ini, tidak segampang yang kemarin-kemarin,” ujar Febby dalam acara Kebijakan Publik Perberasan Menjelang Tahun Pemilu 2024 di Gedung Ombudsman RI, Jakarta Selatan.
Tawaran Impor Bermasalah
Febby mengungkap bahwa Bulog sebenarnya mendapat banyak tawaran impor beras dari beberapa negara. Namun, banyak dari mereka yang membatalkan kontrak secara tiba-tiba. “Enggak gampang juga ternyata dapat beras, karena ini banyak yang menawarkan, tapi banyak juga di perjalanan yang membatalkan. Maksudnya udah dapat kontrak, mereka batal,” kata dia.
Kualifikasi dan Keamanan Masyarakat
Meskipun menghadapi tantangan dalam mendapatkan kontrak impor, Febby menegaskan bahwa Bulog tidak sembarangan memilih beras untuk diimpor. Ada kualifikasi tertentu yang harus dipenuhi untuk memastikan keamanan dan kualitas beras yang diimpor demi kepentingan masyarakat Indonesia.